GURUH SOEKARNO PUTRA
Muhammad Guruh Irianto Sukarnoputra
TOKOH MUSIK, FILM, SENIMAN, DAN BUDAYAWAN
TOKOH MUSIK, FILM, SENIMAN, DAN BUDAYAWAN
BIODATA
Nama Lengkap : Muhammad Guruh Irianto Sukarno Putra
Lahir : Jakarta, 13 Januari 1953
Agama : Islam
Istri : Gusyenova Sabina (sudah bercerai)
Pendidikan :
· SD Perguruan Cikini, Jakarta (1965)
· SMP Perguruan Cikini, Jakarta (1968)
· SMA Perguruan Cikini, Jakarta (1971)
· Fakultas Arkeologi Universiteit van Amsterdam, Negeri Belanda (tidak selesai, 1974)
Karir :
1. Ketua Umum Swara Maharddhika
2. Komisaris Cipta Indonesia
3. Komposer Musik
4. Koreografer, karyanya : Guruh-Gipsy (1976)
5. Pergelaran :
· Karya Cipta Guruh Soekarno Putra I (1979)
· Nostalgia Hotel des Indes (1979)
· Untukmu Indonesiaku (1980)
· Cinta Indonesia (1984)
6. Pemain Film : Ali Topan Anak Jalanan dan Sembilan Wali (1985)
7. Anggota DPR/MPR RI (1992-1997, 1999-2004, dan 2004-2009)
Organisasi : Anggota PDI Perjuangan.
Alamat Rumah : Jalan Sriwijaya Raya 26, RT 004/01 Selong, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Telp : 021-770770
Alamat Rumah : Jalan Sriwijaya Raya 26, RT 004/01 Selong, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Telp : 021-770770
Alamat Kantor : Cipta Indonesia, Jalan Gandaria VII No. 9, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Telp : 021-711396
BIOGRAFI
Guruh gemar membaca. Seperti keempat anak Soekarno lainnya, si bungsu Guruh diharuskan belajar menari pada masa kecilnya. Ia sendiri penggemar musik. Di SD dan SMP Yayasan Pendidikan Cikini (Yapercik), ia pernah membentuk Band Bocah dan Band Flower Poetman. Ia mulai menunjukkan bakat kepemimpinannya di SMA dengan menjadi ketua bagian kesenian.
Tiga tahun Guruh belajar arkeologi pada Universitas Amsterdam, Negeri Belanda. Tetapi tidak selesai. Kembali ke Jakarta ia membentuk band Guruh Gipsy, antara lain dengan mengandalkan keterampilannya bermain piano. Minatnya terhadap musik dan tari tradisional semakin besar. Ia pernah belajar tari bedoyo dan tari Bali.
Dalam masa-masa berikutnya, Guruh mulai berbicara sebagai penata tari dan pencipta lagu. Pada tahun 1976, lagunya yang berjudul Renjana terpilih mewakili festival lagu pop internasional di Tokyo. Popularitas Guruh turut mendukung keberhasilan kelompok Swara Maharddhika, (SM) yang dibentuknya dua tahun sebelumnya. Dari belasan anggota, SM kemudian menghimpun ratusan orang yang biasanya tampil lewat pemanggungan tari dan musik yang kolosal dan terkesan mewah.
Januari 1979, Guruh tampil menggemparkan lewat pertunjukan yang spektakuler di Balai Sidang Senayan, Jakarta yang berjudul Pergelaran Karya Cipta Guruh Sukarno Putra (I), sekitar 100 musisi dilibatkannya. September 1980, ia muncul lebih semarak melalui Untukmu Indonesiaku (akhir Maret - awal April 1984), seniman panggung yang juga bisa melukis ini tampil kembali di Balai Sidang dengan judul pertunjukan yang tetap patriotis, Cinta Indonesia.
Guruh pernah menikah dengan seorang penari asal Uzbekistan, Sabina Guseynova pada 20 September 2002 di Tashkent, Uzbekistan. Namun perkawianannya tidak berusia lama dan kini ia kembali sendiri. Guruh aktif di partai PDI Perjuangan dan saat ini menjabat sebagai Anggota DPR/MPR RI selama tiga periode (1992-1997, 1999-2004, dan 2004-2009).
MANTHOUS
Manthous lahir di Desa Playen, Gunung Kidul pada tahun 1950. Ketika berusia 16 tahun, Manthous memberanikan diri pergi ke Jakarta. Pilihan utamanya adalah hidup ngamen, yang ia anggap mewakili bakatnya. Namun, pada tahun 1969 dia bergabung dengan orkes keroncong Bintang Jakarta pimpinan Budiman BJ. Kemudian, pada tahun tahun 1976, Manthous yang juga piawai bermain bas mendirikan grup band Bieb Blues berciri funky rock bersama dengan Bieb anak Benyamin S. Bieb Blues bertahan hingga tahun 1980. Kemudian, Manthous bergabung dengan Idris Sardi, dalam grup Gambang Kromong Benyamin S. Selain itu, sebelumnya ia pernah juga menjadi pengiring Bing Slamet ketika tampil melawak dalam Grup Kwartet Jaya.
Kelihatannya semua pengalaman inilah yang membuat Manthous menguasai aliran musik apa pun. Dalam khazanah dangdut, bahkan, dia juga menjadi panutan karena mampu mencipta trik-trik permainan bas, yang kemudian ditiru oleh para pemain bas dangdut sekarang.
Pada tahun 1993, Manthous mendirikan Grup Musik Campursari Maju Lancar Gunung Kidul. Garapannya menampilkan kekhasan campursari dengan langgam-langgam Jawa yang sudah ada. Ada warna rock, reggae, gambang kromong, dan lainnya. Ada juga tembang Jawa murni seperti Kutut Manggung, atau Bowo Asmorondono, dengan gamelan yang diwarnai keyboard dan gitar bas.
Bersama grup musik yang berdiri tahun 1993 dan beranggotakan saudara atau rekan sedaerah di Playen, Gunungkidul, Yogyakarta itu, Manthous menyelesaikan sejumlah volume rekaman di Semarang. Omzet penjualan mencapai 50.000 kaset setiap volume, tertinggi dibanding kaset langgam atau keroncong umumnya pada tahun-tahun pertengahan 1990-an.Di samping menyanyi sendiri dalam kegiatan rekaman itu Manthuos juga menampilkan suara penyanyi Sulasmi dari Sragen, Minul dari Gunungkidul, dan Sunyahni dari Karanganyar. Beberapa lagunya yang populer di antaranya Anting-anting, Nyidamsari, Gandrung, dan Kutut Manggung. Namun, karya besarnya yang banyak dikenal oleh orang Indonesia adalah Getuk yang pertama kali dipopulerkan oleh Nurafni Octavia. Sampai sebelum akhirnya terkena serangan stroke, Manthous bersama Grup Campursari Maju Lancar Gunungkidul menjadi kiblat bagi para pencinta lagu-lagu langgam Jawa dan campursari.
BIODATA
Nama Lengkap : Djauhar Zaharsjah Fachruddin Roesli (Harry Roesli)
Lahir : Bandung, Jawa Barat, 10 September 1951
Wafat : Jakarta, 11 Desember 2004
Agama : Islam
Ayah : Roeshan Roesli
Ibu : Edyana
Istri : Kania Perdani Handiman
Anak : Lahami Krishna Parana Roesli
Lahir : Bandung, Jawa Barat, 10 September 1951
Wafat : Jakarta, 11 Desember 2004
Agama : Islam
Ayah : Roeshan Roesli
Ibu : Edyana
Istri : Kania Perdani Handiman
Anak : Lahami Krishna Parana Roesli
Layala Krishna Patria Roesli
Pendidikan :
· Jurusan Sipil Institut Teknologi Bandung, sampai tingkat IV (1970-1975)
· Jurusan Komposisi LPKJ kini Institut Kesenian Jakarta (1975-1977)
· Jurusan Musik Elektronik di Rotterdam Conservatorium, Belanda (1977-1981)
Karir :
1. Musisi dan Pencipta Musik
2. Pendiri dan Pemain Grup Musik "Gang of Harry Roesli" bersama Albert Warnerin, Indra Rivai, dan Iwan A. Rachman (1971-1975)
3. Pendiri Grup Teater Ken Arok (1973-1977)
4. Guru Besar Psikologi Musik Universitas Pendidikan (UPI), Bandung dan Universitas Pasundan, Bandung
5. Pimpinan Depot Kreasi Seni Bandung (DKSB)
Karya :
1. Album Cuaca Semakin Buruk
2. Opera Ken Arok
Tanpa Judul
1. Sikat Gigi
2. Rumah Sakit
3. Pisang Goreng
4. Opera Ikan Asin
5. Opera Kecoa
6. Off the Record (I, II, dan III)
7. Over Dosis
8. Basah
9. Asmat Dream
10. Opera Reformasi
11. Generasi Koplo
12. Ilustrasi Musik Film Kabayan I, II, III
13. Ilustrasi Musik Cas Cis Cus
14. Ilustrasi Musik Suci Sang Primadona
15. Ilustrasi Musik Si Buta dari Gua Hantu
16. Ilustrasi Musik Javanesse Village (dibuat di Belanda)
17. Ilustrasi Musik Farince (dibuat di Belanda)
18. Ilustrasi Musik Sinetron PAS, Warung Tegal, None, Sapu Tangan dari Bandung Selatan, Intrik
19. Ilustrasi Musik untuk Teater Koma, Teater Mandiri, Teater Payung Hitam, Byakosha (Jepang), Teater Nasional Singapura, Teater Nasional Austria, Smithsonian Institution (Washington DC)
20. Ilustrasi Musik untuk Iklan
Penghargaan :
· Nominasi Festival Film Indonesia untuk Kategori Ilustrasi Musik Terbaik dalam Film Suci Sang Primadona (1977)
· Nominasi Anugerah Musik Indonesia untuk Musik Si Cantik - Hins Collection (1997)
Alamat Rumah : Jalan Supratman No. 57-59, Bandung, Jawa Barat, Telp : (022)
72722959
BIOGRAFI
Musisi Bandung ini pada tahun 2001 terkena kasus pelesetan lagu Garuda Pancasila saat perayaaan tujuh belasan di kediaman mantan Presiden Abdurrahman Wahid. Akibatnya, pihak berwenang menuduhnya melakukan penghinaan terhadap lagu nasional. Ia Sempat diperiksa oleh Polda Metro Jaya, untungnya Harry tidak diproses lebih lanjut setelah ia meminta maaf.
Berhadapan dengan pihak yang berwenang karena sikap kritisnya, itu sudah sering terjadi saat Harry masih menjadi mahasiswa di zaman presiden Soeharto. Ketika kuliah di Jurusan Teknik Mesin Penerbangan Institut Teknologi Bandung (ITB), ia ikut demonstran Malari (15 Januari 1974) dan gerakan mahasiswa 1978 yang menuntut penurunan presiden Soeharto. Akibatnya, kepalanya terkena pukulan aparat keamanan ketika berdemonstrasi di kediaman Soeharto di Jalan Cendana, Jakarta Pusat. Ia juga sempat tiga kali ditangkap dan ditahan. Lelaki yang sejak kecil menyukai musik ini memperoleh beasiswa dari pemerintah Belanda untuk mengikuti pendidikan musik elektronik di Rotterdam Conservatory, Belanda. Kembali ke Indonesia, Harry beraktivitas di musik. Ia juga pernah menempuh pendidikan musik di Institut Kesenian Jakarta.
Harry telah menciptakan puluhan komposisi musik, membuat ilustrasi musik untuk teater, film, dan sinetron. Untuk itu, ia pernah menerima sejumlah penghargaan. Tidak hanya musik, Harry juga aktif pada kegiatan sosial, termasuk pemberdayaan pengamen jalanan melalui kursus teknik dan apresiasi musik hingga memberdayakan pedagang kaki lima yang terkena operasi petugas penertiban kota. Ia juga masih menyempatkan diri mengurusi Depot Kreasi Seni Bandung (DKSB) yang merupakan tempat berkreasinya anak-anak muda dengan berbagai kegiatan, dari musik hingga event organizer dan bisnis konveksi.
Dosen musik di Universitas Parahyangan, Bandung dan dosen komposisi di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung ini banyak menekuni usaha luar kampus. Selain menangani jasa kebersihan, Harry juga membuat jingle iklan Televisi, radio, dan korporat, pengelola jasa pendidikan musik, serta pekerjaan apa saja yang berhubungan dengan musik. Dalam waktu dekat, di samping merampungkan album Cuaca Semakin Buruk, Orkestra Sintetis, pada Agustus 2002 nanti, Harry akan mengadakan Festival Purchasing Internasional yang akan diikuti oleh enam negara.
Harry Roesli meninggal dunia pada tanggal 11 Desember 2004, pukul 19.55 di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta setelah menjalani perawatan jantung di rumah sakit tersebut sejak 3 Desember 2004. Kang Harry menderita serangan jantung juga hipertensi dan diabetes. Jenazah Harry disemayamkan di rumah kakaknya, Jalan Besuki 10 Menteng, Jakarta Pusat dan dimakamkan tanggal 12 Desember 2004 di pemakaman keluarga Ciomas, Bogor, Jawa Barat.
MANG KOKO
BIODATA
Nama Lengkap : Koko Koswara (Mang Koko)
Ayah : Ibrahim alias Sumarta
Karir :
1. Pendiri berbagai perkumpulan kesenian
· "Taman Setiaputra" (1950)
· "Kliningan Ganda Mekar" (1950)
2. Pendiri dan pimpinan pertama dari "Yayasan Cangkurileung" pusat.
3. Pendiri dan pimpinan Yayasan Badan Penyelenggara Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI), Bandung (1971).
Karya :
Karya cipta kakawiha :
· "Resep Mamaos" (Ganaco, 1948),
· "Cangkurileung" (3 jilid/MB, 1952),
· "Ganda Mekar" (Tarate, 1970),
· "Bincarung" (Tarate, 1970),
· "Pangajaran Kacapi" (Balebat, 1973),
· "Seni Swara Sunda/Pupuh 17" (Mitra Buana, 1984),
· "Sekar Mayang" (Mitra Buana, 1984),
· "Layeutan Swara" (YCP, 1984),
· "Bentang Sulintang/Lagu-lagu Perjuangan"; dan sebagainya.
· "Gondang Pangwangunan",
· "Bapa Satar",
· "Aduh Asih",
· "Samudra",
· "Gondang Samagaha",
· "Berekat Katitih Mahal",
· "Sekar Catur",
· "Sempal Guyon",
· "Saha?",
· "Ngatrok",
· "Kareta Api",
· "Istri Tampikan",
· "Si Kabayan jeung Raja Jimbul",
· "Aki-Nini Balangantrang",
· "Pangeran Jayakarta",
Penghargaan :
1. Dari pemerintah
2. Dari lembaga atau organisasi masyarakat (LSM) :
Piagam Wijayakusumah (1971), sebagai penghargaan tertinggi dari pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam kategori "Pembaharu dalam Bidang Seni Karawitan".
BIOGRAFI
Mang Koko, bekerja sejak tahun 1937 berturut-turut di: Bale Pamulang Pasundan, Paguyuban Pasundan, De Javasche Bank; Surat Kabar Harian Cahaya, Harian Suara Merdeka, Jawatan Penerangan Provinsi Jawa Barat, guru yang kemudian menjadi Direktur Konservatori Karawitan Bandung (1961-1973); Dosen Luar Biasa di Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Bandung (sekarang Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung), sampai ia wafat
Bakat seni yang dimilikinya berasal dari ayahnya yang tercatat sebagai juru mamaos Ciawian dan Cianjuran. Kemudian ia belajar sendiri dari seniman-seniman ahli karawitan Sunda yang sudah ternama dan mendalami hasil karya bidang karawitan dari Raden Machjar Angga Koesoemadinata, seorang ahli musik Sunda.
Saat membaca riwayat kehidupan Mang Koko, akan ditemui seorang manusia yang telah memasrahkan jiwa dan raganya demi kehidupan dan kelestarian seni, khususnya seni Sunda. Namun ia merasa sudah cukup bila ia disebut sebagai seorang penghalus jiwa, sebab seperti diungkapkan dalam salah satu kawihnya, seni adalah penghalus jiwa.
DIDI KEMPOT
BIODATA
Nama Lengkap : Didi Kempot
Karya :
Lagu :
· Aduh Mana Tahan
· Anggar Bini
· Angin Angin
· Arum Dalu
· Awu Merapi
· Bakso Sarjana
· Bapak
· Bojo Gemati
· Bojo Loro
· Bojo Napi
· Burungku Flu
· Cidro
· Cinta Yang Sempurna
· Cintaku Jauh Di Lampung
· Cintaku Sekonyong konyong Koder
· Cucakrowo
BIOGRAFI
Didi Kempot adalah seorang penyanyi campursari dari Jawa Tengah. Didi Kempot merupakan putra dari pelawak terkenal dari kota Solo, Ranto Edi Gudel (Almarhum) yang lebih dikenal dengan nama mbah Ranto. Dia bersaudara dengan Mamiek Podang, pelawak senior Srimulat.
Didi Kempot merupakan penyanyi campursari kebanggaan kota Solo, di samping Gesang (maestro keroncong) dan Tia AFI (juara Akademi Fantasi Indosiar 2). Saat ini Didi Kempot tinggal di daerah Sumber, Solo.
WALDJINAH
BIODATA
Nama Lengkap : Waldjinah
Lahir : Solo, 7 November 1945
Jenis Musik : Keroncong
Pekerjaan : Penyanyi
Instrument : Vokal
Diskografi
· Elingo Bebaya Marga (album bersama) - 1968
· Ngelam-Lami
· O, Sarinah
· Putri Solo
· Putri Gunung
· Walang Kekek
· Irama Senja
· Jula Juli Suroboyo
· Jangkrik Genggong
· Kenyo Bali
· Jago Kate
· Mahesa Jenar
· Ayo Ngguyu
· Kethek Ogleng
· Sego Liwet
· Kencana Wungu
· Kacu Biru
· Ojo Sembrono
· Ciu Gambar Manuk
· Mete Goreng
· Alus Koyo Salju
Lagu Jawa
· Walang Kekek
· Ande Ande Lumut
· Rudjak Ulek
· Kala Cinta Menggoda
· Pipo Londo
· Nginang Karo Ngilo
· Rondo Kempling
BIOGRAFI
Waldjinah (lahir di Solo, Jawa Tengah, 7 November 1945; umur 65 tahun) adalah seorang penyanyi Indonesia. Ia penyanyi spesialisasi keroncong - Jawa yang dikenal dengan julukan "Ratu keroncong", yang mengawali karier sejak menjadi juara I Bintang Radio Indonesia tahun 1965.
Pada awal karier, ia meluncurkan album "kompilasi" bersama penyanyi lain, yaitu album Elingo Beboyo Margo (1968) yang diisi bersama Enny Koesrini (juara Harapan Bintang Radio Indonesia 1967) dan Sri Rahadjeng. Banyak di antara albumnya dibuat dengan iringan Orkes Keroncong Bintang Surakarta yang dipimpinnya sendiri.Waldjinah pernah berduet dengan si "Buaya Keroncong" dari kota Surabaya, yaitu Mus Mulyadi.
Lagu Walang Kekek yang melambungkan namanya di Indonesia disamping juga lagu Jangkrik Genggong. Ia acapkali melantunkan lagu-lagu ciptaan Gesang, Andjar Any, dan Ismail Marzuki.
Di Tahun 2002 Waldjinah menerima anugerah seni dari yayasan musik Hanjaringrat di solo dengan komponis Gesang dan para seniman yang lainnya.
SUJIWO TEJO
BIODATA
Nama Lengkap : Sujiwo Tejo
Karier :
Saat kuliah di jurusan Matematika dan jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung, hasrat berkesenian Sujiwo mulai berkembang. Saat itu Sujiwo Tejo menjadi penyiar radio kampus, main teater, dan mendirikan Ludruk ITB bersama budayawan Nirwan Dewanto. Sujiwo Tejo juga menjabat Kepala Bidang Pedalangan pada Persatuan Seni Tari dan Karawitan Jawa di Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1981-1983 dan pernah membuat hymne jurusan Teknik Sipil ITB pada Orientasi Studi tahun 1983. Sujiwo Tejo yang mendalang wayang kulit sejak anak-anak, mulai mencipta sendiri lakon-lakon wayang kulit sebagai awal profesinya di dunia wayang dengan judul Semar Mesem (1994).
Ia juga menyelesaikan 13 episode wayang kulit Ramayana di Televisi Pendidikan Indonesia tahun 1996, disusul wayang acappella berjudul Shinta Obong dan lakon Bisma Gugur. Pergumulannya dengan komunitas Eksotika Karmawibhangga Indonesia (EKI), memberinya peluang untuk mengembangkan dirinya secara total di bidang kesenian.
Selain mengajar teater di EKI sejak 1997, Sujiwo Tejo juga memberikan workshop teater di berbagai daerah di Indonesia sejak 1998. Berlanjut pada tahun 1999, Tejo memprakarsai berdirinya Jaringan Dalang. Tujuannya adalah untuk memberi nafas baru bagi tumbuhnya nilai-nilai wayang dalam kehidupan masyarakat masa kini. Bahkan pada tahun 2004, Sujiwo Tejo mendalang keliling Yunani.
Pada tahun 1998, Sujiwo Tejo mulai dikenal masyarakat sebagai penyanyi (selain sebagai dalang) berkat lagu-lagunya dalam album Pada Suatu Ketika. Video klip "Pada Suatu Ketika" meraih penghargaan video klip terbaik pada Grand Final Video Musik Indonesia 1999, dan video klip lainnya merupakan nominator video klip terbaik untuk Grand Final Video Musik Indonesia tahun 2000. Kemudian diikuti labum berikutnya yaitu Pada Sebuah Ranjang (1999), Syair Dunia Maya (2005), dan Yaiyo (2007). Selain ndalang, Sujiwo Tejo juga aktif dalam menggelar atau turut serta dalam pertunjukan teater. Antara lain, membuat pertunjukan Laki-laki kolaborasi dengan koreografer Rusdy Rukmarata di Gedung Kesenian Jakarta dan Teater Utan Kayu, 1999. Sujiwo Tejo juga menjadi Sang Dalang dalam pementasan EKI Dancer Company yang bertajuk Lovers and Liars di Balai Sarbini, Sabtu dan Minggu, 27-28 Februari 2004.
Selain teater, Sujiwo Tejo juga bermain dan menjadi sutradara film. Debut filmnya adalah Telegram (2001) arahan Slamet Rahardjo dengan lawan main Ayu Azhari. Film ini bahkan meraih Best Actress untuk Ayu Azhari dalam Asia-Pacific Film Festival. Kemudian dilanjutkan Kafir (2002), Kanibal (2004) menjadi Dukun Kuntetdilaga, Janji Joni (2005), dan Kala (2007). Bersama Meriam Bellina, Sujiwo Tejo membintangi Gala Misteri SCTV yang berjudul Kafir-Tidak Diterima di Bumi (2004). Sujiwo Tejo juga menggarap musik untuk pertunjukan musikal berjudul Battle of Love-when love turns sour, yang digelar 31 Mei sampai 2 Juni 2005 di Gedung Kesenian Jakarta.
Hasil pertunjukan karya bersama Rusdy Rukmarata (sutradara & koreografer) dan Sujiwo Tejo (komposer musik) akan digunakan untuk membiayai program pendidikan dan pelatihan bagi anak-anak putus sekolah yang dikelola oleh Yayasan Titian Penerus Bangsa.Sujiwo Tejo juga menyutradarai drama musikal yang berjudul 'Pangeran Katak dan Puteri Impian' yang digelar di Jakarta Convention Center tanggal 1 dan 2 Juli 2006.
Diskografi :
Filmografi sebagai actor :
BIOGRAFI
Agus Hadi Sudjiwo (lahir di Jember, Jawa Timur, 31 Agustus 1962; umur 49 tahun) atau lebih dikenal dengan nama Sujiwo Tejo adalah seorang budayawan Indonesia. Ia adalah lulusan dari ITB. Sempat menjadi wartawan di harian Kompas selama 8 tahun lalu berubah arah menjadi seorang penulis, pelukis, pemusik dan dalang wayang. Selain itu ia juga sempat menjadi sutradara dan bermain dalam beberapa film seperti Janji Joni dan Detik Terakhir. Selain itu dia juga tampil dalam drama teatrikal KabaretJo yang berarti "Ketawa Bareng Tejo".
Dalam aksinya sebagai dalang, dia suka melanggar berbagai pakem seperti Rahwana dibuatnya jadi baik, Pandawa dibikinnya tidak selalu benar dan sebagainya. Ia seringkali menghindari pola hitam putih dalam pagelarannya.
RADEN MACHJAR ANGGA KOESOEMADINATA
BIODATA
Nama
Lahir: Sumedang, 7 Desember 1902
Wafat : bandung, 9 april 1979
Pekerjaan : seniman dan musikolog sunda, pengaang lagu-lagu sunda
BIOGRAFI
Pak Machjar yang dimasyarakat jawa barat lebih dikenal sebagai seorang seniman pencipta lagu-lagu sunda sebenarnya adalah seorang pendidik dan pakar musikologi, khususnya etnomusikologi yang berspesialisasi dalam pelog dan slendro.
Pengenalannya mengenai seni music pelog dan slendro didapatkan dari sejak kanak-kanak dengan berguru pada beberapa juru tembang dan nayaga, diantaranya belajar rebab pada nayagaulung pak Etjen Basara, Pak Sura dan Pak Natadirejo, belajar gamelan pada Pak Said an Pak Idi, serta belajar tembang pada pak Oetje juru pantun terkenal di Bandung. Perkenalan Pak Machjar dengan metoda sains dan ilmu fisika, dan ilmu music barat terjadi pada waktu ia menjadi murid di sekolah guru (Kweekschool dan Hogere Kweekschool). Dengandaras ilmu music barat dan ilmu fisika yang cukup mendalam, ia melakukan pengukuran dan penelitian frekuensi suara-suara dari perangkat gamelan dan lagu-lagu yang dinyanyikan maupun dimainka pada rebab.
Pada tahun 1923 9masih di bangku sekolah) ia telah menciptakan serat kanayangan (notasi tangganada Sunda) da mi na ti la, serta menulis buku teori seni suara Sunda berjudul “Elmuning Kawih Sunda”. Setelah menamatkan HKS dan ditempatkan sebagai guru di HIS Sumedang (1924-1932), ia melanjutkan penelitian mengenai teori seni raras. Suatu titik balik penting dalam kariernya sebagai peneliti adalah pertemuannya dengan Mr. Jaap Kunst, seorang etnomusikologi Belanda, antara tahun 1927-1929, yang sedangmelakukan penelitian
0 komentar:
Posting Komentar