“Teh Poci”
Didapatkan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Seperti di kota Jogja. Setiap malam, terutama sepanjang jalan Malioboro, akan terlihat banyak sekali tempat-tempat minum teh yang biasa disebut “angkringan”. Masyarakat dari berbagai kalangan dan status sosial seperti pengemudi becak, pedagang asongan, seniman dan pelajar/mahasiswa,tak segan-segan berkumpul dan mengobrol dengan santainya di tempat ini.
Angkringan ini awalnya hanya tempat untuk minum teh sambil mengaso, tetapi pada perkembangannya, angkringan juga berfungsi sebagai warung makan sekaligus tempat bersantai. Walaupun sudah tersedia aneka macam makanan dan minuman, “wedang teh” tetap menjadi menu utama dari angkringan ini. Miniman teh yang menjadi favorit para pengunjung adalah “Nasgitel”, kepanjangan dari “panas-legi-kenthel”atau “panas manis dan kental”.
Jenis teh dan cara meminum hidangan :
Nasgitel menggunakan “teh merah” atau “teh hitam” yang dipadu dengan ”gula batu” yang sangat manis. Penyajiannya biasanya berupa kotokan (daun teh kering) yang diseduh dengan air mendidih, disajikan dalam gelas plus beberapa butir gula batu yang disajikan berbeda.
Setelah seduhan teh dihidangkan, pelanggan biasanya segera mencemplungkan gula batu kedalamnya. Proses ini sampai dengan wedang teh siap diminum memerlukan waktu ± 10 menit, sambil menunggu biasanya pelanggan akan menikmati maknan kecil seperti ketela goreng, pisang goreng, singkong rebus, uli (juadah) dan lain sebagainya.
Uniknya, para pedegang angkringan tidak pernah mempermasalahkan waktu. Para pelanggan seringkali menikmati teh semalam suntuk sambil mendengarkan siaran radio yang dibawa oleh pedagang angkringan tersebut. Tanpa rasa kesal, pedagang angkringan akan tetap melayani walaupun tagihannya tidak lebih dari sepuluh ribu rupiah per orang.
0 komentar:
Posting Komentar